Jumat, 04 Maret 2011

AVES

BAB I
LATAR BELAKANG

Dalam ilmu Biologi, hewan diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang dan hewan tanpa tulang belakang. Hewan yang bertulang belakang disebut Vertebrata, sedangkan hewan tanpa tulang belakang disebut Invertebrata. Dalam hal ini kami akan membahas tentang hewan vertebrata khususnya dalam Classis Aves dan Mammalia.
Kerajaan binatang memiliki beberapa tingkatan untuk membagi hewan-hewan yang terdapat di muka Bumi ini. Tingkatan tertinggi pada kerajaan binatang tersebut adalah Classis Mammalia. Pada umumnya, semua jenis Mammalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya. Jumlah rambut tersebut berbeda-beda antara spesies yang satu dengan yang lain. Ada spesies yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut dan ada pula spesies yang hanya memiliki rambut di tempat-tempat tertentu pada bagian tubuhnya.
Mammalia merupakan hewan yang bersifat homoioterm atau sering disebut hewan berdarah panas. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sebutan Mammalia sendiri berasal dari keberadaan glandula (kelenjar) mamae pada tubuh mereka yang berfungsi sebagai penyuplai susu. Seperti yang kita ketahui bahwa Mammalia betina menyusui anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut. Walaupun Mammalia jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar mamae. Semua Mammalia memiliki kelenjar mamae, tetapi pada Mammalia jantan kelenjar ini tidaklah berfungsi sebagaimana pada Mammalia betina.
Aves merupakan kelas dalam Kingdom animalia. Classis Aves memiliki ciri-ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Aves memiliki beberapa karakteristik yaitu tubuh terdiri atas 4 bagian (kepala, leher, badan, dan ekor), tungkai (ekstremitas superior bermodifikasi menjadi sayap untuk terbang, ekstremitas inferior berdaptasi untuk hinggap, berjalan, dan berlari. Masing-masing kaki memiliki 4 jari-jari, tubuh tertutup oleh bulu.
Bulu adalah ciri khas kelas Aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh Aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu Aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Hal yang melatar belakangi pengamatan yang telah kita lakukan di Kebun Binatang Gembira Loka yang terletak di Yogyakarta mengenai Classis Aves dan Mammalia pada khususnya adalah untuk mengagumi ciptaan Allah SWT, mengetahui berbagai macam spesies Aves dan Mammalia dengan mengidentifikasi masing-masing spesies yang dapat dilakukan dengan mempelajari anatomi kerangkanya maupun morfologinya yang nantinya kita dapat membuat klasifikasi dari masing-masing spesies tersebut.
Ciri morfologi pada Aves yang dapat kita amati diantaranya bulu, paruh, sayap, kaki, jari, cakar, dan ekor. Sedangkan ciri morfologi pada Classis Mammalia yang dapat kita amati adalah pola warna, ukuran tubuh, dan glandula mammae. Manfaat dari pengklasifikasian tersebut adalah untuk mengetahui ciri-ciri, hubungan kekerabatan, interaksinya dilingkungan, mengetahui sifat-sifat unggul makhluk hidup dengan lingkungannya dapat dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang nantinya memberikan manfaat bagi manusia.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kimball (1998), menyatakan bahwa ciri-ciri umum vertebrata adalah memiliki tubuh yang simetri bilateral dengan pembagian tubuh yang terdiri atas: kepala, leher, badan, dan ekor. Meskipun ada yang tidak berleher dan ada yang tidak berekor. Memiliki susunan ruas tulang belakang (kolumna vertebralis) dan memiliki otak di dalam kranium. Ciri lain pada hewan vertebrata adalah tubuh simetri bilateral dengan system alat tubuh yang beruas-ruas. Mempunyai endoskeleton (rangka dalaam) dengan ruas tulang belakang sebagai penguat kerangka tubuh, dimana pada kerangka melekat otot-otot kerangka. Kulit berlapis-lapis, terdiri atas epidermis (kulit bagian luar), dan dermis (kulit bagian dalam). Otak terletak di kepala terlindung tulang-tulang tengkorak. Mempunyai selom (rongga tubuh) yang dindingnya dilapisi selaput peritoneum.
Saktiyono (2004), menyatakan bahwa Sistematika Hewan Vertebrata merupakan Ilmu yang mempelajari klasifikasi atau pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ruas tulang belakang. Hewan bertulang belakang adalah jenis hewan yang memiliki serangkaian tulang-tulang yang tersusun membujur sepanjang poros tubuhnya. Hewan vertebrata juga memiliki tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak dimiliki oleh hewan invertebrata. Karakteristik hewan vertebrata antara lain adalah mempunyai tulang yang terentang dari belakang kepala sampai bagian ekor, mempunyai otak yang dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, tubuh berbentuk simetris bilateral. Kerangka pada hewan bertulang belakang merupakan pelindung tubuh yang sangat penting bagi organ-organ tubuh bagian dalam. Hewan bertulang belakang (vertebrata) dapat dibedakan menjadi: Ikan (Pisces), Katak (Amphibi), Melata (Reptilia), Burung (Aves), Hewan menyusui (Mamalia). Dalam hal ini kami akan membahas hewan vertebrata khususnya mengenai Aves dan Mamalia.
Kusmayadi (2004), menyatakan bahwa anggota tubuh burung berupa sepasang kaki yang bercakar dan ditutupi oleh sisik keratin. Kaki ini digunakan untuk bertengger, berjalan, mencengkeram dan berenang. Selain tungkai, burung juga mempunyai alat gerak lain yaitu sayap. Sayap burung bervariasi bentuk dan ukurannya. Ada burung yang memiliki sayap panjang seperti burung elang dan burung layang-layang sehingga dapat terbang menempuh jarak yang jauh. Sebaliknya, burung yang memiliki sayap yang pendek umumnya tidak dapat terbang jauh. Selain itu ada pula burung yang tidak dapat terbang misalnya burung kasuari dan penguin.
Soemadji (1996), menyatakan bahwa Aves merupakan hewan yang menarik. Bulu adalah ciri khas kelas Aves yang tidak dimiliki oleh kelas vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu Aves bermula dari papila dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epedirmis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk filikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis bagian luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bulu yang halus, sedangkan epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan.
Soedjadi (2006), menyatakan bahwa mammalia berasal dari bahasa latin (mammae: dada, puting susu) yang terdiri atas 4.500 spesies. Cairan susu yang dihasilkan mammalia umumnya mengandung air, karbohodrat (khususnya gula laktosa), lemak, protein, mineral, dan antibodi. Mammalia termasuk homoiterm (berdarah panas). Bentuk adaptasi mammalia berhubungan dengan pengaturan suhu. Misalnya, mammalia memiliki sistem respirasi yang efisien sehingga dapat menjamin suplai oksigen ke otot. Mammalia memiliki sistem peredaran darah ganda dengan jantung beruang empat. Tengkorak mammalia mendukung perkembangan otak yang lebih baik. Perbandingan ukuran otak terhadap badan lebih besar dibandingkan reptil. Berbagai jenis gigi terletak berdampingan. Mammalia memiliki struktur tulang belakang yang sangat berbeda. Pada bagian pertengahan tulang belakang terdapat lengkungan yang memungkinkan hewan tersebut dapat bergerak lebih efektif di daratan.
Ali (2008), menyatakan bahwa mammalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya. Selain itu, mammalia dicirikan adanya rambut dan tubuh yang endoterm (berdarah panas). Ciri-ciri mammalia antara lain adalah memiliki saraf tunjang, bertulang belakang, mempunyai jantung yang beruang empat, badan ditutupi oleh rambut, memiliki telinga, mempunyai kelenjar keringat, Mamalia betina melahirkan dan menyusukan anak, kecuali mamalia yang sangat primitif seperti platypus dan trenggiling, bernafas dengan paru-paru, berdarah panas (suhu badan tetap).
Sumartini (2004), menyatakan bahwa anggota tubuh mamalia ada yang berupa dua pasang kaki, misalnya kuda, sapi, kambing, kucing,anjing, dan harimau. Selain itu, adapula mamalia yang memiliki anggota tubuh berupa sepasang kaki dan sepasang tangan, misalnya pada kera dan monyet. Juga terdapat mamalia yang anggota tubunya berupa kaki depan yang menyerupai sirip tetapi tidak mempunyai kaki belakang. Mamalia pada umumnya berkembang biak dengan cara vivipar (melahirkan). Akan tetapi adapula jenis mamalia yang bertelur (ovipar), yaitu echidna (Tachyglossus aculeutus) yang merupakan hewan berduri pemakan semut dan platypus (Ornithorhynchus anatinus).
Kardong ( 2002 ), menyatakan bahwa tubuh Aves dibedakan atas caput, cerviks, truncus, dan cauda. Sepasang ekstrimitas anterior merupakan ala atau sayap yang terlipat seperti huruf Z, pada saat tubuh tidak terbang. Ekstrimitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut mempunyai rostrum atau paruh yang terbentuk oleh maksila pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostrum dilapisi oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat tanduk.
Campbell (2003), menyatakan bahwa cabang kedua dimulai dengan suatu garis keturunan herbifora berukuran sedang yang mengalami syatu radiasi aktif yang sangat luar biasa selama masa Tersier, yang akhirnya menghasilkan ordo modern seperti Logomorpha ( kelinci dan kerabatnya), Perissodactyla ( ungulate berkaki ganjil, yang meliputi kuda dan badak, ungulate yang berjalan di ujung jari kaki), Artiodactyla ( ungulate berkaki genap, yang meliputi rusa dan babi, sirenia atau sapi laut), Proboscidae ( gajah), dan Cetaceae ( lumba-lumba dan paus).
Walker (1999), menyatakan bahwa mammalia ada yang hidup di darat, di air, atau di pohon-pohon. Pada umumnya vivipar, jumlah anak satu kali melahirkan satu ekor, ada pula yang 3 sampai 8 ekor. Melahirkan anak melalui vagina. Perkembangan embrio didalam rahim merupakan ciri khas mammalia. Banyak pula mammalia yang mempunyai misai atau kumis( rambut-rambut kaku diatas bibir).






















BAB III
ISI

A. CLASSIS AVES
1. BANGAU TONG-TONG (Leptoptilos javanicus)
1) NAMA LOKAL : Bangau Tong-tong
NAMA ILMIAH : Leptoptilos javanicus
2) NAMA PENGAMBIL DATA :
a) Phungky K. (A. 420 080 001)
b) Widiantari (A. 420 080 002)
c) Susanti (A. 420 080 003)
d) Prastya Rini (A. 420 080 004)
3) GAMBAR










4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Family : Ciconiidae
Genus : Leptoptilos
Spesies : Leptoptilos javanicus



5) DESKRIPSI
a) Habitat
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) membentuk kelompok dengan bangau lain atau dengan elang bersarang di daerah hutan. Burung bangau tong-tong suka, mengunjungi sawah, padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur dan mangrove. Tersebar di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar.
b) Morfologi
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) memiliki bulu tidak menyeluruh, paruh panjang runcing, sayap pendek runcing, jari 4 rata (3 di depan, 1 di belakang, selaput pendek), cakar lurus runcing, kaki pejalan, dan ekor pendek.
c) Ciri Spesifik
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) mempunyai tubuh yang sangat besar, panjangnya mencapai 110 cm, dengan tungkai panjang, lehar panjang dan paruh panjang. Kakinya mempunyai selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu umumnya berwarna hitam dan putih. Sayap, punggung dan ekor berwarna hitam, tubuh bagian bawah dan kalung leher berwarna putih, kepala botak, leher dan tenggorokan berwarna merah jambu dengan bulu kapas putih halus pada mahkota. Leher dan muka berwarna kuning, kaki berwarna coklat kehijauan sampai berwarna hitam. Bangau ini termasuk burung pendiam, tidak bersuara, selain desisan di sarang, kepakan sayap dan paruh.
d) Perilaku
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) sering berkeliaran terbang sendiri atau berkelompok. Bangau memiliki kemampuan adaptasi untuk mengarungi air yang dangkal dan rawa-rawa dengan jari kaki yang berselaput. Kebiasaan hidupnya sendiri atau berpasang-pasangan. Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) mempunyai sifat pendiam, tidak suka bersuara tapi bila diganggu maka paruhnya akan berderak-derak.
e) Reproduksi
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) membuat sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai, tambak. Sarang tersusun dari ranting-ranting berisi 3-5 butir telur. Telur berwarna putih sebesar telur itik. Telur dierami oleh induk jantan dan betina bergantian selama 34 hari.
f) Makanan
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) di habitat aslinya terutama memakan hewan air tawar, serangga besar, katak, tikus, kerang, siput dan ikan. Di Kebun Binatang Gembira Loka burung diberi pakan ikan segar.


















2. PELIKAN (Pelecanus conspicillatus)
1) NAMA LOKAL : Pelikan
NAMA ILMIAH : Pelecanus conspicillatus
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Phungky Kusumaningrum A 420 080 001
b) Widiantari Tri U.N A 420 080 002
c) Susanti A 420 080 003
d) Prastya Rini A 420 080 004

3) GAMBAR

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Family : Pelecanidae
Genus : Pelecanus
Species : Pelecanus conspicillatus

5) DESKRIPSI
a) Habitat
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) ditemukan di semua benua kecuali Antartika. Mereka muncul umumnya di wilayah hangat, dan mereka tidak ada di wilayah kutub, laut dalam, kepulauan samudra, dan daratan Amerika Selatan.
b) Morfologi
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) memiliki bulu yang menyeluruh, paruh panjang berkantung, lurus, memiliki sayap yang panjang, jumlah jari 4 (3 didepan, 1 dibelakang), rata dan berselaput, cakar runcing lurus, tipe kaki perenang, ekor pendek.
c) Ciri spesifik
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) adalah burung air yang memiliki kantung di bawah paruhnya. Pelikan (Pelecanus conspicillatus) adalah perenang yang baik, dengan kaki mereka yang pendek dan kuat serta berselaput.
d) Perilaku
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) menangkap mangsa dengan memperbesar kantung paruh mereka. Lalu mereka harus mengeringkan kantung tersebut sebelum menelan. Hal ini memakan waktu satu menit, dan burung laut lainnya dapat mencuri ikan tersebut di waktu kritis itu. Pelikan (Pelecanus conspicillatus) kadang-kadang mencuri mangsa dari burung laut lain.
e) Reproduksi
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) bersarang secara koloni. Pelikan (Pelecanus conspicillatus) memiliki kehidupan sosial yang rumit, sekelompok pelikan jantan mengejar satu pelikan betina di udara, di darat, atau di air dengan saling menunjuk atau menyentuhkan paruh mereka satu sama lain. Proses ini dapat diselesaikan dalam satu hari. Spesies yang bersarang di pepohonan memiliki cara yang lebih simpel, Pelikan (Pelecanus conspicillatus) jantan mempromosikan diri mereka untuk Pelikan (Pelecanus conspicillatus) betina. Kopulasi berlangsung segera setelah mendapatkan pasangan dan berlanjut selama 3 hingga 10 hari sebelum telur dikeluarkan. Pelikan (Pelecanus conspicillatus) jantan membawakan material pembuat sarang, lalu yang betina membentuk struktur sarang yang simpel dari material tersebut. Kedua induk, jantan dan betina, mengerami telur di atas atau di bawah kaki mereka. Semua spesies menelurkan setidaknya dua telur.
f) Makanan
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) biasanya memakan ikan, namun mereka juga memakan Amphibi, Crustacea, dan burung kecil.






















3. MAKAU MERAH (Ara macau)
1) NAMA LOKAL : Makau merah
NAMA ILMIAH : Ara macau
2) NAMA PENGAMBIL DATA:
a) Phungky K. (A. 420 080 001)
b) Widiantari (A. 420 080 002)
c) Susanti (A. 420 080 003)
d) Prastya Rini (A. 420 080 004)

3) GAMBAR


4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Psittaciformes
Family : Psittacidae
Genus : Ara
Spesies : Ara macau


5) DESKRIPSI
a) Habitat
Makau Merah (Ara macau) hidup di hutan dan perkebunan dan tersebar di Meksiko sampai Bolivia. Makau Merah (Ara macau) hidup di hutan kayu terbuka, aliran air, savanna hutan tanah rendah dan paya bakau. Makau Merah (Ara macau) juga bisa ditemukan di dahan-dahan atau ranting pepohonan dan membuat sarang di pohon sehingga sering ditemukan di hutan tropis dekat dengan perairan dan perkebunan.
b) Morfologi
Makau Merah (Ara macau) memiliki bulu menyeluruh, paruh berkait, sayap panjang runcing, jari 4 rata (2 di depan, 2 di belakang), cakar runcing melengkung, kaki petengger, ekor panjang runcing
c) Ciri Spesifik
Makau Merah (Ara macau) mempunyai ukuran tubuh 60 cm, warna bulu merah muda, bagian sayap berwarna biru, kuning, dan hijau. Burung ini mahir memanjat karena struktur kakinya yang terdiri dari 2 pasang jari kaki yang sepasang menghadap ke depan dan lainya menghadap ke belakang. Burung ini banyak diminati karena kemudahan dalam beradaptasi di kurungan dan keindahan bulunya.
d) Perilaku
Makau Merah (Ara macau) paling suka memanjat pohon, bila di dalam kandang burung ini suka memanjat teralis kandang dan memegang dahan pohon dengan paruhnya. Di alam, burung ini bisa merusak dahan-dahan pohon kecil karena dipatahkan dengan paruhnya.



e) Reproduksi
Makau Merah (Ara macau) bersarang di lubang pohon. Makau Merah (Ara macau) merupakan burung yang bertelur (ovipar) yang meletakkan telurnya sejumlah 2-4 butir.
f) Makanan
Makau Merah (Ara macau), di alamnya, memakan biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran. Di Kebun Binatang Gembira Loka burung ini diberi pakan jagung muda























4. BURUNG HANTU (Ketupa ketupu)
1) NAMA LOKAL : Burung Hantu
NAMA ILMIAH : Ketupa ketupu
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Susanti A 420 080 003
b) Prastya Rini A 420 080 004

3) GAMBAR

















4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Strigiformes
Family : Strigidae
Genus : Ketupa
Spesies : Ketupa ketupu

5) DESKRIPSI
a) Habitat
Burung Hantu (Ketupa ketupu) hidup di hutan, menyebar diseluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa Pulau terpencil.
b) Morfologi
Burung Hantu (Ketupa ketupu) memiliki bulu yang menyeluruh yang menutupi seluruh tubuhnya, paruh berkait, sayap panjang (ukurannya lebih panjang dari ukuran badannya), memilki 4 jari rata (2 di depan, 2 di belakang), cakar runcing melengkung, memiliki tipe kaki petengger dan pencengkram, serta memiliki ekor yang pendek (ukurannya lebih pendek dari ukuran badannya).
c) Ciri Spesifik
Burung Hantu (Ketupa ketupu) berbeda dengan yang lain yang matanya menghadap ke samping, Burung Hantu (Ketupa ketupu) memiliki bentuk mata yang bulat besar dan menghadap ke depan. Paruhnya bengkok tajam seperti paruh Elang, lehernya lentur sehinggaa membuat Burung Hantu (Ketupa ketupu) dapat memutar lehernya hingga 180 derajat ke belakang. Di atas mata terdapat bulu yang menjambul ke atas.
d) Perilaku
Burung Hantu (Ketupa ketupu) jika siang hari tidur, dan jika malam hari keluar mencari mangsa. Burung Hantu (Ketupa ketupu) mencari pakan pada malam hari. Selain itu juga harus mempertahankan wilayahnya dari serangan saingannya. Burung Hantu (Ketupa ketupu) tidak dapat memutar matanya sehingga harus memutar kepalanya jika ingin mengikuti gerakan suatu benda, membuat putaran 2700 bukan suatu masalah. Burung Hantu (Ketupa ketupu) berkomunikasi dengan mengeluarkan suaranya yang serak. Burung Hantu (Ketupa ketupu) gemar mandi dan berdiri diam lama di air.
e) Repoduksi
Burung Hantu (Ketupa ketupu) betina bertelur berjumlah 1-14 butir, diletakkan di dalam liang sarangnya. Telur dierami oleh Burung Hantu (Ketupa ketupu) betina, sedangkan burung yang jantan mencari pakan untuk betina. Masa pengeraman 4-5 minggu.
f) Makanan
Burung Hantu (Ketupa ketupu) termasuk ke dalam hewan carnivora (pemakan daging). Burung Hantu (Ketupa ketupu) memakan aneka binatang seperti serangga, tikus dan kodok



























5. KASUARI GELAMBIR DUA (Casuarius casuarius)
1) NAMA LOKAL : Kasuari gelambir dua
NAMA ILMIAH : Casuarius casuarius
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Phungky Kusumaningrum A 420 080 001
b) Widiantari Tri U.N A 420 080 002
c) Susanti A 420 080 003
d) Prastya Rini A 420 080 004

3) GAMBAR

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Struthioniformes
Family : Casuariidae
Genus : Casuarius
Spesies : Casuarius casuarius




5) DESKRIPSI
a) Habitat
Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius) selain terdapat di Pulau Papua juga terdapat di Pulau Seram (Maluku, Indonesia) dan Australia bagian timur laut. Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius) mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah rawa-rawa.
b) Morfologi
Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius) memiliki bulu menyeluruh yang menutupi seluruh tubuh, paruh pendek tumpul, sayap pendek, jumlah jari 4 (3 di depan, 1 di belakang), rata, bentuk cakar tumpul dan lurus, tipe kaki pejalan ,dan ekor pendek.
c) Ciri spesifik
Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius) merupakan satwa yang terbesar dari kelompok burung, apabila berdiri tegak mempunyai tinggi 1.80 m, tetapi biasanya kepalanya diangkat setinggi 1.20 m dari tanah. Burung ini tampak buntak, bulunya hampir hitam dan mengkilap, kepala dihiasi dengan ketopong atau kasu yang mirip tanduk setinggi 15 cm. Kulit kepala dan leher berwarna biru, mempunyai gelambir dua berwarna merah, yang menggantung kebawah dari tenggorokannya. Panjang gelambir kira-kira 12 cm.
d) Perilaku
Kasuari Gelambir Dua termasuk burung yang pandai berenang. Satwa ini aktif pada pagi dan sore hari, sulit ditemui pada malam hari. Burung ini suka berlari dan melompat. Burung ini bersifat agresif dan galak terutama pada saat melindungi telur dan anaknya. Kasuari Gelambir Dua bersifat soliter dan hanya berkumpul pada saat musim kawin saja. Burung ini makan dengan bantuan paruh dengan cara menjepit makanannya kemudian langsung ditelan tanpa mengunyah. Kaki Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius) sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata utama burung langka dan dilindungi ini karena mampu menendang dan merobohkan musuh-musuhnya, termasuk manusia, hanya dengan sekali tendangan.
e) Reproduksi
Kasuari betina bersifat poliandri, dalam satu musim kawin mampu mendapatkan 3 pejantan Kasuari betina bertelur sebanyak 4-8 butir yang berukuran besar. Telur diletakkan di sarang yang berupa cekungan tanah di sela banir, dengan alas daun dan ranting tumbuhan. Pengeraman dilakukan oleh Kasuari jantan selama 58 - 61 hari. Bertelur pada bulan Mei ke atas.
f) Makanan
Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius) merupakan burung pemakan buah buahan atau herbivor, tetapi paling banyak memakan buah buni dan buah batu.















6. MAMBRUK (Goura victoria)
1) NAMA LOKAL : Mambruk
NAMA ILMIAH : Goura victoria
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Phungky Kusumaningrum A.420.080.001
b) Susanti A.420.080.003
c) Prastya Rini A.420.080.004

3) GAMBAR

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Goura
Spesies : Goura victoria


5) DESKRIPSI
a) Habitat
Mambruk (Goura victoria) memiliki populasi tersebar di hutan dataran rendah, hutan sagu dan hutan rawa di bagian utara Pulau Irian, yang juga termasuk Pulau Yapen, Pulau Biak, dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Mambruk (Goura victoria) bersarang diatas dahan pohon. Sarangnya terbuat dari ranting-ranting dedaunan.
b) Morfologi
Mambruk (Goura victoria) memiliki bulu yang menyeluruh menutupi seluruh bagian tubuhnya, pada jambul polos tanpa variasi, paruh pendek, memiliki sayap panjang dan bulat, jumlah jari 5 (3 di depan, 1 di belakang rata, dan 1 terangkat), cakar pendek runcing, memilki tipe kaki petengger dan pejalan, ekor pendek rata.
c) Ciri Spesifik
Mambruk (Goura victoria) memiliki bulu berwarna biru keabuan, jambul seperti kipas dan ujung putih, dada merah marun keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu disayap dan di ujung ekornya. Sekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata bermata merah.
d) Perilaku
Mambruk (Goura victoria) hidup bergerombol dalam kelompok kecil di dataran rendah yang datar, biasanya di hutan aluvial yang tidak terganggu. Agak jinak, tetapi segera terbang gesit dan ribut menerobos vegetasi sampai menemukan tenggeran di bawah kanopi pohon. Sayap dikepakkan keras (sering berpasangan) ketika mulai lepas landas. Ekor dikibaskan ke atas dan ke bawah dengan gugup, cepat dan dangkal. Tertarik untuk berlindung di lokasi persiapan kebun sagu. Panggilan hooom yang dalam dan bergema, diulang oleh anggota-anggota kawanan, hanya terdengar dalam jarak dekat.

e) Reproduksi
Mambruk (Goura victoria) bersarang di atas dahan pohon. Sarangnya terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan. Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih.
f) Makanan
Mambruk (Goura victoria) memakan aneka biji-bijian dan buah-buahan, jadi termasuk hewan herbivore. Burung ini mencari makan di atas permukaan tanah. Jenis makanan terdiri dari aneka biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh ditanah. Mambruk (Goura victoria) rata-rata menyukai pakan dalam bentuk butiran yang sudah di pecahkan. Burung ini tidak menyukai bahan pakan berbentuk tepung, tetapi dapat menerima bahan pakan yang berbentuk pelet. Burung ini juga menyukai 'grit' yang digiling dari pada yang utuh.


















B. CLASSIS MAMMALIA
1. ZEBRA (Equus zebra)
1) NAMA LOKAL : Zebra
NAMA ILMIAH : Equus zebra
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO
4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Equidae
Genus : Equus
Spesies : Equus zebra




5) DESKRIPSI
a) Habitat
Zebra (Equus zebra) menyukai hidup di savana, hutan terbuka, di sekitar wilayah benua Afrika bagian timur.
b) Morfologi
Zebra (Equus zebra) memiliki warna dasar putih termodifikasi warna hitam, sehingga menjadi corak khusus belang-belang. Ukuran tubuh besar (243-357 kg). Glandula mammae terletak di bagian pelvis.
c) Ciri spesifik
Zebra (Equus zebra) termasuk satwa jenis kuda yang berkuku tunggal ini sangat menarik untuk diamati. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut dengan warna dasar putih dengan pola garis-garis tebal melintang sampai agak membujur berwarna hitam, hanya bagian tertentu kurang berwarna hitam seperti pada bagian moncong mulut dan rambut-rambut ekor. Bagian tertentu berambut panjang yaitu pada bagian leher atas dan bagian ekor. Tubuhnya berukuran besar, panjang tubuh 200 sampai 220 cm, tinggi bahu 110 sampai 150 cm, paniang ekor 49 cm dengan berat badan 243 sampai 357 kg.
d) Perilaku
Zebra (Equus zebra) menyukai hidup mendekati sumber air, hidup secara berkelompok dalam jumlah besar sampai ratusan ekor, teristimewa pada musim panas, dan akan berasosiasi dengan spesies lain sebagai contohnya Guanaco, dua spesies Zebra dan banyak spesies antilop. Mereka akan segera berlari cepat jika melihat adanya predator yang datang dan diketahui oleh salah satu kelompoknya.
e) Reproduksi
Zebra (Equus zebra) setelah melakukan perkawinan induk betina akan bunting selama kira -kira 1 tahun. Anak yang dilahirkan berjumlah satu ekor dan akan diasuh oleh induknya sampai bisa mandiri. Satwa ini mampu hidup di alam sekitar 25 sampai 30 tahun.
f) Makanan
Di habitat aslinya Zebra (Equus zebra) memakan berbagai jenis pakan antara lain rumput dan daun-daunan, tetapi sangat menyukai ujung rumput yang masih muda. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, bekatul dan ketela rambat dengan kuantitas berat pakan yaitu 10% dari berat badannya.






















B. BERUANG MADU ( Helarctos malayanus)
1) NAMA LOKAL : Beruang Madu
NAMA ILMIAH : Helarctos malayanus
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Pyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Ursidae
Genus : Helarctos
Spesies : Helarctos malayanus

5) DESKRIPSI
a) Habitat
Beruang Madu (Helarctos malayanus) hidup di hutan primer atau daerah perkebunan, hutan tropik dan hutan kayu, di wilayah Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Indocina, Cina Selatan dan Myanmar.
b) Morfologi
Beruang Madu (Helarctos malayanus) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna hitam dan bagian ventral berwarna hitam dengan sedikit warna orange di daerah pectoral. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pectoral.
c) Ciri spesifik
Beruang Madu (Helarctos malayanus) berukuran besar, akan tetapi termasuk berukuran kecil jika dibandingkan dengan anggota kelompoknya. Panjang tubuh 100 sampai 140 cm. panjang tungkai 18 sampai 21 cm dan panjang ekor 3 sampai 7 cm serta berat badan 50 sampai 65 kg. Tubuhnya tampak kokoh dan lebar, kepala panjang, leher pendek, telinga bulat dan mata relatif kecil. Daya pembaunya tajam, kaki berotot dengan 5 jari yang berkuku meruncing. Tubuhnya tertutup mantel rambut berwarna hitam, rambut lebat, bagian muka berwarna grey dan di bagian leher depan nampak rambut-rambut membentuk seperti kalung berwarna orange.
d) Perilaku
Beruang Madu (Helarctos malayanus) biasa hidup di atas pohon, mernbuat sarang dari potongan ranting dan daun-daunan. Hidup soliter kadang berkelompok dalam jumlah kecil, mencari pakan pada waktu malarn hari bergerak bersama pasangannya dan tidur pada siang hari. Beruang Madu (Helarctos malayanus) adalah pemakan segala, gigi geraham yang datar memudahkan untuk mengunyah tumbuh-tumbuhan dan taring yang runcing sebagai alat penyobek daging.
e) Reproduksi
Beruang Madu (Helarctos malayanus) tidak mernpunyai musim kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama bunting 95 sampai 96 hari. anak yang dilahirkan biasanya berjumlah 2 ekor. Anak-anak disusui selama 18 bulan.
f) Makanan
Beruang Madu (Helarctos malayanus), di habitat aslinya, memakan buah-buahan seperti kelapa, coklat, kopi dan ujung-ujung daun serta memakan daging Mammalia, telur burung, serangga, keong dan lain sebagainya. Di Kebun Binatang Gembira Loka, Beruang Madu (Helarctos malayanus) diberi pakan berupa pepaya, nasi dan juga diberikan daging sebagai penambah kekuatan.















C. RUSA TUTUL (Axis axis)
1) NAMA LOKAL : Rusa Tutul
NAMA ILMIAH : Axis axis
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Cervida
Genus : Axis
Spesies : Axis axis


5) DESKRIPSI
a) Habitat
Rusa Tutul (Axis axis) hidup di hutan muda, hutan kayu, tepian sungai, di wilayah India, Sri Langka dan di introduksikan ke Australia.
b) Morfologi
Rusa Tutul (Axis axis) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna coklat dengan bintil-bintil putih dan bagian ventral berwarna putih. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pelvis.
c) Ciri spesifik
Rusa Tutul (Axis axis) berukuran lebih kecil dari pada ukuran tubuh Rusa Jawa dan nampak langsing. Panjang tubuh 91 cm, panjang ekor 20 sampai 30 cm dengan berat badan kurang dari 45 kg, yang jantan mempunyai rongga bercabang tiga. Satwa ini tubuhnya tertutup oleh mantel rambut yang berwarna coklat kemerahan dengan totol-totol berwarna putih, hanya dibagian tertentu seperti bagian dagu, bagian perut dan bagian kaki tidak bertotol. Warna totol-totol tersusun tidak tersebar akan tetapi membentuk seperti garis.
d) Perilaku
Rusa Tutul (Axis axis) hidup berkelompok, di dalam kelompoknya terdapat beberapa Rusa Tutul (Axis axis) jantan, Rusa Tutul (Axis axis) betina dan anak-anak. Kelompok satwa ini dipimpin oleh Rusa Tutul (Axis axis) betina yang paling tua, yang berperan memberikan informasi kepada kelompoknya seperti jika menangkap adanya bahaya maka segera disusul dengan perintah menghindar. Jika dalam keadaan terpaksa karena ancaman maka Rusa Tutul (Axis axis) jantan yang paling kuat yang menghadapinya.

e) Reproduksi
Rusa Tutul (Axis axis) melakukan perkawinan dilakukan pada bulan Juni sampai Juli, lama bunting 7-7,5 bulan, anak-anak yang dilahirkan biasanya 1 ekor dan anak rusa tersebut diasuh oleh induknya hingga anak tersebut mampu mandiri. Satwa ini merupakan hewan yang vivipar (beranak).
f) Makanan
Rusa Tutul (Axis axis), di habitat aslinya, memakan berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, biji dari jenis-jenis tumbuhan tertentu. Di Kebun Binatang Gembira Loka, diberi pakan berupa rumput kolonjono dan daun-daunan dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya setiap diberikan.



















D. UNTA PUNUK SATU (Camelus dromedarius)
1) NAMA LOKAL : Unta Punuk Satu
NAMA ILMIAH : Camelus dromedarius
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Camelidae
Genus : Camelus
Spesies : Camelus dromedarius


5) DESKRIPSI
a) Habitat
Unta Punuk Satu (Camelus dromedarius) hidup di padang pasir, Afrika Utara, Arabia dan sebagian kecil Asia. Satwa ini telah di domestikasi di benua Australia.
b) Morfologi
Unta Punuk Satu (Camelus dromedaries) pada bagian dorsal dan bagian ventral memiliki warna coklat. Memiliki ukuran tubuh besar, glandula mammae terletak di pelvis.
c) Ciri spesifik
Unta Punuk Satu (Camelus dromedaries) mempunyai ciri yang mudah dikenali yaitu tubuh tertutup mantel rambut berwarna coklat, kadang-kadang gimbal. Tubuh nampak jangkung dengan kaki-kaki yang panjang, leher panjang, dan mempunyai punuk pada punggung satu buah. Ujung moncong membelah yang difungsikan sebagai penjepit rumput yang akan dimakan. Dibagian janggut, punggung dan ekor rambut biasanya lebih panjang dan berwarna lebih gelap. Ukuran tubuhnya cukup besar yaitu panjang tubuh 225-345 cm, tinggi pundak 190-230 cm dengan berat 450- 650 kg, panjang ekor kira-kira sampai lutut.
d) Perilaku
Unta Punuk Satu (Camelus dromedaries) menyukai hidup berkelompok, kemampuan jalannya tidak diragukan lagi yaitu mampu menempuh jarak 80 km dalam 1 hari dan dalam 5 hari dapat menempuh jarak 400 km dengan kecepatan rata-rata 4 km/jam. Keistimewaan lainnya adalah memiliki bagian lambung penyimpan air, sehingga tahan tidak minum dalam waktu yang cukup lama. Dalam mempertahankan dirinya unta menggunakan tendangan dan sepakan atau pukulan dan gigitan.


e) Reproduksi
Unta Punuk Satu (Camelus dromedaries) jantan pada musim kawin mengalami pembengkakan pada beberapa bagian rongga mulutnya. Perkawinan dilakukan pada bulan Februari, lama bunting 390-410 hari. Anak-anak dari induk-induk Unta Punuk Satu (Camelus dromedaries) akan diasuh selama 1 tahun, lama hidup dapat mencapai 25 tahun.
f) Makanan
Unta Punuk Satu (Camelus dromedaries) menyukai dari jenis-jenis pakan seperti rumput-rumputan dan bagian dari tanaman yang masih muda. Unta Punuk satu (Camelus dromedaries) tergolong herbivore, spesies ini memakan rumput, daun-daunan, dan sereal, mampu minum 120 liter air sekaligus. Mulutnya sangat kuat sehingga memungkinkan mereka memakan tanaman-tanaman gurun yang berduri. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, ketela rambat, nasi dan katul yang ditambah garam. Kuantitas pakan yang diberikan kira-kira 10% dari berat badannya.













E. KIJANG ( Muntiacus muntjak)
1) NAMA LOKAL : Kijang
NAMA ILMIAH : Muntiacus muntjak
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Muntiacus
Species : Muntiacus muntjak


5) DESKRIPSI
a) Habitat
Kijang (Muntiacus muntjak) hidup di hutan tropika hingga mencapai ketinggian 2000 m dari permukaan laut, di wilayah India, Indonesia ke timur sampai Jawa, dijumpai di Cina sampai Taiwan. Kijang (Muntiacus muntjak) biasa ditemukan di daerah yang mempunyai vegetasi yang rapat di daerah perbukitan dengan ketinggian sampai 3000 m, semak-semak dan di bawah pohon yang berbuah.
b) Morfologi
Kijang (Muntiacus muntjak) pada bagian dorsal berwarna coklat mudah atau krem dan bagian ventral memiliki warna putih. Memiliki Ukuran tubuh besar (35kg), glandula mammae terletak di bagian pelvis.
c) Ciri spesifik
Kijang (Muntiacus muntjak) mempunyai ciri-ciri spesifik yang menunjukkan perbedaan dengan jenis lainnya. Berukuran tubuh sedang panjang tubuh termasuk kepala 89-135 cm, panjang ekor 12-23 cm, tinggi bahu 40-65 cm dengan berat mencapai 35 kg. Mantel rambut pendek, rapat, lembut dan licin, warna bervariasi dari coklat gelap hingga coklat tetang. Pada bagian tertentu seperti tungkai depan dan muka berwarna hitam. Kijang (Muntiacus muntjak) mempunyai ranggah pendek, tidak melebihi setengah dari panjang kepala dan bercabang dua serta gigi taring yang keluar. Anak.anak Kijang (Muntiacus muntjak) mantel rambut kadang-kadang bertotol. Rata – rata umurnya 16 tahun.
d) Perilaku
Kijang (Muntiacus muntjak) yang bergerak akan mengeluarkan suara yang berderak-derak, suara tersebut dimungkinkan keluar dari gigi taringnya. Gigi taring dimanfaatkan untuk mempertahankan diri. Jika sedang gelisah, terkejut atau memanggil Kijang (Muntiacus muntjak) lainnya akan mengeluarkan suara seperti gonggongan anjing oleh karena itu satwa ini diberi nama barking deer. Jika melarikan diri Kijang (Muntiacus muntjak) nampak merunduk dengan bagian tubuh belakang meninggi. Pergerakan Muntiacus muntjak dapat dilakukan dengan melihat bekas gigitan daun ataupun rumput, bekas jejak, suara, dan kotoran yang terdapat di atas tanah ataupun rumput. Wilayah jelajah kijang ditentukan oleh aktifitas hubungan kelamin, biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim kawin. Muntiacus muntjak jantan untuk memberi tanda batas pada wilayahnya dengan cara merundukkan kepala dan menggaruk batangnya dengan menggunakan tanduknya dan gigi seri bagian bawah
e) Makanan
Kijang (Muntiacus muntjak) mencari pakan pada siang hari hingga malam hari, berbagai jenis pakan yaitu antara lain berbagai jenis rumput yang daunnya masih muda, biji-bijian dan bagian lain seperti kulit. Di Kebun Binatang Gembira Loka, diberi pakan sayuran, rumput gajah, rendeng, bekatul dan ketela rambat yang dicampur, berat pakan yang diberikan 10% dari berat badannya.
f) Reproduksi
Kijang (Muntiacus muntjak) dapat melahirkan sepanjang tahun dengan usia kehamilan berkisar 6 – 7 bulan dan melahirkan 1 – 2 ekor dengan berat ± 1 kg.








F. BANTENG (Bos sondaicus)
1) NAMA LOKAL : Banteng
NAMA ILMIAH : Bos sondaicus
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Bos
Species : Bos sondaicus


5) DESKRIPSI
a) Habitat
Banteng (Bos sondaicus) ini menyukai topografi yang rata atau sedikit bergelombang, dengan hutan yang tidak begitu lebat dan lapangan terbuka yang berumput atau berumpun bambu, di Pulau Jawa.
b) Morfologi
Banteng (Bos sondaicus) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna coklat kemerahan dan bagian ventral berwarna coklat. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pelvis.
c) Ciri spesifik
Banteng (Bos sondaicus) mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi peliharaan. Beberapa ciri yang membedakan yaitu antara lain warna mantel rambut yang betina selalu coklat kemerahan dan jantan dewasa berwarna hitam, baik jantan dan betina terdapat warna rambut putih pada pantat dan kaki bagian bawah. Banteng (Bos sondaicus) jantan mempunyai baga dan tanduk selalu menghadap ke depan. Ukuran tubuh panjang 108-200 cm, tinggi pundak 130-170 cm dengan berat tubuh 500-900 kg. Ciri lain yang dimiliki satwa ini tubuh bagian depan lebih tinggi dari bagian belakang sehingga nampak gagah.
d) Perilaku
Banteng (Bos sondaicus) hidup di dalam kelompok besar 10-30 ekor, mencari pakan pada pagi dan sore hari. Perilaku seperti merumput, berkubang, menjelajah dan istirahat selalu dilakukan secara berurutan. Jika kelompok Banteng (Bos sondaicus) terancam bahaya maka seluruh anggota kelompok mengawasi bersamaan pada datangnya bahaya dan tidak segan-segan akan menghadapi dengan gagah berani. Dalam perkembangannya banteng telah didomestikasi.
e) Reproduksi
Musim kawin Banteng (Bos sondaicus) dari lokasi yang berbeda selalu berlainan, di Taman Suaka Margasatwa Ujung Kulon musim kawin pada bulan Juli dan Agustus. Lama bunting 270-280 hari, anak yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak Banteng (Bos sondaicus) menjadi dewasa setelah berumur 2-3 tahun.
f) Makanan
Banteng (Bos sondaicus) selama musim penghujan satwa ini memakan rebung dan pada waktu musim kemarau menyukai merumput di padang rumput. Di Kebun Binatang Gembira Loka, diberi pakan berupa rumput, ubi jalar, katul, daun-daunan dan garam yang dicampur merata. Kuantitas pakan 10% dari berat badan untuk setiap harinya.


















7. GAJAH ASIA (Elephas maximus)
1) NAMA LOKAL : Gajah Asia
NAMA ILMIAH : Elephas maximus
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Proboscidea
Familia : Elephantidae
Genus : Elephas
Species : Elephas maximus



5) DESKRIPSI
a) Habitat
Gajah (Elephas maximus) hidup bervariasi dari hutan tropika sampai perkebunan, dataran rendah. Gajah (Elephas maximus) merupakan generalis dan dapat ditemukan di berbagai tipe habitat, termasuk padang rumput terbuka, hutan selalu hijau, hutan gugur, hutan sekunder, dan semak belukar. Persebaran gajah Asia meliputi India, Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian barat dan Sabah (Malaysia Timur). Sedangkan gajah Afrika persebaranya meliputi sebagian besar daratan Afrika yang berupa padang rumput.
b) Morfologi
Gajah (Elephas maximus) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna abu-abu dan bagian ventral berwarna hitam. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah abdomen.
c) Ciri spesifik
Gajah (Elephas maximus) merupakan spesies dari kelas Mammalia yang berukuran sangat besar, berat tubuhnya dapat mencapai 5400 kg. Gajah (Elephas maximus) jantan dewasa terlihat sangat gagah dengan belalai panjang dan sepasang gading yang memanjang ke depan. Kulitnya tidak banyak ditumbuhi oleh rambut-rambut hanya terlihat di bagian-bagian tertentu seperti di atas kepala, kuduk serta ujung ekor. Warna kulit Gajah (Elephas maximus) adalah kelabu sampai hitam kelam, belalai yang berfungsi sebagai tangan merupakan modifikasi bibir dan hidung. Sedangkan telinganya yang lebar berfungsi untuk menghalau lalat yang mengganggu yang biasanya hinggap di bagian mata dan mulut. Gajah (Elephas maximus) berkala menggerakkan telinga untuk mendinginkan diri. Mereka memiliki pendegaran, pengilhatan dan daya penciuman, bahkan perenang yang sangat baik. Postur tubuhnya lebih bulat, kaki relatif lebih pendek, daun telinga relatif lebih kecil, bentuk kepala ada lekukan ditengah, temporary glands aktif hanya paada jantan ketika breeding season, perangai lebih kalem tetapi ketika sedang masa birahi sangaat berbahaya. Gajah (Elaphas maximus) mempunyai satu telunjuk dengan berat 3-5 ton.
d) Perilaku
Gajah (Elephas maximus) hidup secara berkelompok antara 10 sampai 30 ekor yang dipimpin oleh Gajah (Elephas maximus) betina yang paling tua. Hidupnya berpindah-pindah untuk mendapatkan pakan. Gajah (Elephas maximus) mempunyai naluri yang baik sehingga mudah untuk dilatih berbagai macam latihan yang dimanfaatkan oleh manusia dan juga sebagai hewan piaraan yang akan dapat membantu aktivitas kehidupan manusla. Sering juga kita jumpai Gajah (Elephas maximus) sebagai hiburan misalnya dijadikan hewan sirkus. Gajah hidup di dalam urutan sosial yang terstruktur. Kehidupan sosial dari jantan dan betina sungguh berbeda. Betina menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dalam satu grup keluarga yang terdiri atas ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan bibi. Grup ini dipimpin oleh perempuan tertua. Sedangkan jantan dewasa menghabiskan waktunya dalam kehidupan sendiri (tidak berkelompok).
e) Reproduksi
Gajah (Elephas maximus) betina kawin setelah umur sekitar 9 sampai 12 tahun setelah kawin Gajah (Elephas maximus) akan bunting selama 18 sampai 22 bulan dan akan melahirkan anak dengan berat 100 kg. Selang antara melahirkan anak selama 4 tahun.
f) Makanan
Gajah (Elephas maximus) hidup di habitat aslinya memakan bermacam pohon beserta daun-daunnya seperti tanaman perdu, rumput-rumputan dan juga memakan buah dari berbagai jenis dan kadang-kadang dijumpai menyerang tanaman perkebunan. Gajah (Elephas maximus) adalah hewan herbivora. Ia menghabiskan 16 jam sehari untuk mengumpulkan makanan tanaman. Makanannya terdiri atas sedikitnya 50% rumput, ditambah dengan dedaunan, ranting, akar, dan sedikit buahbenih dan bunga. Karena gajah hanya mencerna 40% dari yang dimakannya, mereka harus mengonsumsi makanan dalam jumlah besar. Gajah dewasa dapat mengonsumsi 300 hingga 600 pon (140-270 kg) makanan per hari. Enam puluh persen dari makanan tersebut tertinggal dalam tubuh gajah tidak tercerna. Di Kebun Binatang Gembira Loka, Gajah (Elephas maximus) diberi pakan berupa rumput-rumputan, buah.buahan dan juga bekatul yang dicampur sampai rata.



















8. BABI HUTAN (Sus scrofa)
1) NAMA LOKAL : Babi Hutan
NAMA ILMIAH : Sus scrofa
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Suidae
Genus : Sus
Species : Sus scrofa



5) DESKRIPSI
a) Habitat
Babi Hutan (Sus scrofa) hidup di semak belukar dan hutan, juga dapat dijumpai di lingkungan yang kering, di wilayah Asia Tenggara.
b) Morfologi
Babi Hutan (Sus scrofa) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna coklat kehitaman dan ada garis warna putih dan bagian ventral berwarna coklat muda. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pelvis.
c) Ciri spesifik
Babi Hutan (Sus scrofa) berukuran sedang, panjang total tubuhnya 120 sampai 220 dengan berat badan dapat mencapai 150 kg. Tubuhnya nampak ditumbuhi rambut-rambut panjang yang jarang-jarang, kulit berwarna coklat, kepala nampak besar, kurang proporsional jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Lubang hidungnya menghadap ke depan seperti corong dengan dibatasi oleh kulit yang tebal. Taringnya kelihatan menyembul ke samping di bagian depan kepala dan di bagian depan bawah telinga terdapat benjolan. Kaki yang pendek tidak memungkinkan babi hutan bergerak lincah.
d) Perilaku
Babi Hutan (Sus scrofa) merupakan satwa yang sanggup bertahan hidup pada berbagai macam habitat dan juga dapat bertahan hidup dalam kondisi kekurangan sumber pakan. Satwa ini sering dijumpai hidup berkelompok dalam jumlah antara 20 sampai 30 ekor. Babi Hutan (Sus scrofa) jika mencari pakan dilakukan pada waktu sore hari hingga larut malam. Satwa yang sangat agresif ini tidak segan-segan memburu atau melawan adanya gangguan dari binatang lain.

e) Reproduksi
Babi Hutan (Sus scrofa) matang kelamin setelah berumur 4 tahun, setelah kawin babi hutan betina bunting selama 115 hari. Jumlah anak yang dilahirkan mencapai 10 ekor atau lebih. Di habitatnya Babi Hutan (Sus scrofa) tahan hidup mencapai umur 20 tahun.
f) Makanan
Jenis pakan Babi Hutan (Sus scrofa) di habitat aslinya yaitu antara lain dari berbagai jenis tumbuhan, umbi-umbian, cacing, bekicot, kepiting dan lain-lain. Di Kebun Binatang Gembira Loka, Babi Hutan (Sus scrofa) diberi pakan berupa sayur-sayuran, umbi-umbian yang berupa ketela rambat dicacah dan bekatul yang dicampur hingga rata.


















9. WAU WAU SUMATERA (Hylobates agilis)
1) NAMA LOKAL : Wau Wau Sumatera
NAMA ILMIAH : Hylobates agilis
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnama dani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Primata
Familia : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Species : Hylobates agilis


5) DESKRIPSI
a) Habitat
Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) hidup di hutan tropika, kadang-kadang memasuki kebun kopi, di wilayah Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.
b) Morfologi
Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna hitam dan bagian ventral berwarna hitam. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pectoral.
c) Ciri spesifik
Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) ini sangat mirip dengan gibbon moloch. Berukuran kecil panjang tubuh 47 sampai 50 cm, panjang tangan atau kaki 125 sampai 145 cm dengan berat 4,5 sampai 7,3 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut berwarna abu-abu sampai coklat, muka nampak berwarna kekuning-kuningan sampai coklat terang di bagian lain berwarna hitam atau coklat terang. Di atas mata tampak alis yang berwarna putih.
d) Perilaku
Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) ini hidup di dalam kelompok keluarga, selalu terdiri dari satu pasangan bersama beberapa anak. Kelompok ini pada umumnya mempunyai teritoriar se!uas 30 sampai 100 ha, bergerak selalu di atas pohon dengan gelantungkan diri pada ranting-ranting pohon dengan menggunakan kedua tangan dan kakinya, disertai dengan mengeluarkan teriakan keras, yang sekaligus berfungsi sebagai batas teritorianya.
e) Reproduksi
Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) melakukan perkawinan secara monogami. Ini dilakukan sesuai dengan siklus birahi dan berjalan sepanjang tahun. Lama bunting 200 sampai 212 hari, induk betina selalu melahirkan 1 ekor anak yang kemudian diasuh selama beberapa bulan.
f) Makanan
Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) di habitat aslinya memakan terutama buah-buahan, tetapi juga memakan daun dan pucuk daun tanaman, bahkan juga memakan insekta, laba-laba, burung, telur burung dan kadal. Di Kebun Binatang Gembira Loka, diberi pakan berupa buah-buahan dan sayuran dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya.






















10. TAPIR BRAZIL (Tapirus terrastris)
1) NAMA LOKAL : Tapir Brazil
NAMA ILMIAH : Tapirus terrastris
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Familia : Tapiridae
Genus : Tapirus
Species : Tapirus terrastris

5) DESKRIPSI
a) Habitat
Tapir Brazil (Tapirus terrastris) hidup di hutan tropika, hutan kayu kadang dijumpai di perkebunan, di wilayah Burma.
b) Morfologi
Tapir Brazil (Tapirus terrastris) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna hitam dan bagian ventral berwarna coklat kehitaman. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pelvis.
c) Ciri spesifik
Tapir Brazil (Tapirus terrastris) merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak. Tubuhnya berukuran besar, tinggi bahu 75 sampai 120 cm, panjang 180 sampai 250 cm, ekor 5 sampai 10 cm dengan berat badan sampai 300 kg belalainya kuat meskipun tidak begitu panjang, kaki pendek dan tegak. Kulit tertutup mantel rambut agak kasar dan lunak, warna terbagi dua bagian yaitu hitam dan putih. Pola warna putih pada ujung telinga dan tubuh di bagian belakang menjadikan satwa ini indah jika dilihat. Tubuh yang pendek, serta leher dan ekor pendek juga dengan belalai menghadap ke depan menjadikan satwa ini nampak lucu jika diperhatikan, khususnya saat berjalan. Hewan ini adalah hewan yang montok dengan kulit yang tebal. Berat hewan jantan 180 – 360 kg dan yang betina 80 – 180 kg. kaki depan mempunyai 4 jari, kaki belakang 3 jari, tetapi yang keluar pada kaki depan hanya jari yang kecil dan di atas tanah yang keras tidak meninggalkan bekas. Gigi tapir ada 44 buah. Gigi taring di rahang bawah telah berkembang dengan baik, akan tetapi yang ada di rahang atas lebih kecil daripada gigi seri yang ketiga. Perbedaan utama dengan badak secara lahiriah ialah: tidak ada cula, moncong yang ada di ujungnya memenjang menjadi semacam belalai dengan lubang hidung, leher agak panjang, tidak adalipatan-lipatan kulit dan adanya bulu-bulu.
d) Perilaku
Tapir Brazil (Tapirus terrastris) ini bersifat soliter, tetapi kadang-kadang hidup berpasangan. Bergerak dengan cepat dan jarang dapat terlihat. Satwa ini mencari pakan pada malam hari. Jika menghadapi predator ia akan menghindar dengan cara menghindarkan diri ke dalam semak belukar atau menenggelamkan dirinya ke dalam air. Jika dalam keadaan terdesak maka ada kemungkinan akan menggigit. Teritorianya dibatasi dengan kotoran atau air kencingnya.
e) Reproduksi
Tapir Brazil (Tapirus terrastris), waktu reproduksi tergantung dari tempatnya, musim kawin terjadi pada bulan April hingga Mei. Setelah kawin induk tapir bunting selama 390 sampai 395 hari, anak yang dilahirkan 1 ekor dan diasuh hingga 8 bulan. Anak Tapir Brazil (Tapirus terrastris) berwarna coklat dengan garis putih melintang.
f) Makanan
Di habitat aslinya, Tapir Brazil (Tapirus terrastris) memakan berbagai jenis tumbuhan, yang dimakan seperti daun, akar, ubi-ubian buah dan kadang-kadang dijumpai memakan kulit pohon. Di Kebun Binatang Gembira Loka, diberi pakan berupa rumput gajah, daun tanaman keras, sayuran, ketela rambat cacah, dan bekatul dengan berat 10% darl berat badannya.






11. NILGAI (Boselaphus tragocamelus)
1) NAMA LOKAL : Nilgai
NAMA ILMIAH : Bosephalus tragocamelus
2) NAMA PENGAMBIL DATA
a) Mevia Susanti A 420 080 006
b) Niken Tri Utami Putri A 420 080 007
c) Arfin Dwi Susanti A 420 080 008
d) Viska Maretta A 420 080 009
e) Dian Purnamadani A 420 080 206

3) GAMBAR/FOTO

4) KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub phyllum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bosephalus
Species : Bosephalus tragocamelus





5) DESKRIPSI
a) Habitat
Nilgai (Bosephalus tragocamelus) menyukai hidup di padang rumput, stepa dan hutan kayu, di wilayah negara India.
b) Morfologi
Nilgai (Bosephalus tragocamelus) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna coklat dan bagian ventral berwarna coklat putih. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pelvis.
c) Ciri spesifik
Nilgai (Bosephalus tragocamelus) merupakan satwa yang mirip kuda, tetapi bertanduk ini merupakan anggota keluarga sapi. Berukuran besar, panjang tubuh 180 sampai 200 cm, tinggi bahu 120 sampai 150 cm, panjang ekor 45 sampai 50 cm dengan berat badan 120 sampai 240 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut, yang jantan berwarna abu-abu dengan bagian tertentu berwarna hitam seperti pada rambut panjang dibagian leher atas sampai kuduk, janggut bawah dan ujung ekor. Nilgai (Bosephalus tragocamelus) yang betina berwarna coklat dengan bagian leher atas sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak kehitaman. Baik jantan maupun betina terdapat bercak putih dibawah mata, ekor dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki.
d) Perilaku
Nilgai (Bosephalus tragocamelus) merupakan satwa yang diurnal, hidup dalam kelompok antara 8 sampai 10 ekor dari dua segmen kelamin. Tempat tinggal kelompok adalah merupakan daerah teritorinya, sebagai daerah istirahat, berkubang dan membuang kotoran. Satwa ini akan berlari kencang jika menghadapi suatu bahaya yang mengancam kehidupan dirinya dari predator-predator yang mendatanginya untuk memangsanya.

e) Reproduksi
Musim kawin Nilgai (Bosephalus tragocamelus) terjadi dan berakhir pada bulan Maret, kemudian induk akan bunting dan melahirkan anaknya pada bulan Desember. Anak yang dilahirkan biasanya akan kembar atau dua ekor.
f) Makanan
Di habitat aslinya, Nilgai (Bosephalus tragocamelus) ini memakan berbagai bagian dari tanaman tertentu seperti ujung-ujung daun, biji, dan juga memakan rumput-rumputan. Di Kebun Binatang Gembira Loka, diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, katul dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya setiap diberikan.



















BAB IV
PEMBAHASAN

Sistematika merupakan salah satu cabang Biologi yang mempelajari keanekaragaman biologi dalam konteks evolusionair, meliputi taksonomi dan filogenetik (menghubungkan klasifikasi dengan filogeni). Selain istilah sistematik, dalam Biologi kita jumpai juga istilah taksonomi (Yunani: takson = jenjang+nomor = hukum, atau aturan) yang dalam artinya cabang Biologi yang membahas tentang pengelompokan makhluk hidup.
Taksonomi merupakan identifikasi dan klasifikasi spesies untuk menyusun organisme dalam kategori yang mencerminkan filogeni. Sedangkan klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan genetis atau kegiatan untuk mengelompokkan hewan-hewan berdasarkan atas ciri-ciri yang menggambarkan hubungan kekerabatannya.
Menurut pengelompokkan lama berdasarkan pemilihan nama vertebrae (ruas tulang belakang), hewan dibagi atas : kelompok invertebrata (in = tidak + vertebrae = ruas tulang belakang) dan kelompok vertebrata (beruas tulang belakang). Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang mereka umumnya memiliki tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai alat tubuh.
Praktek kerja lapangan kali ini dimaksudkan agar praktikan lebih mengenal jenis-jenis Classis Aves dan Mammalia. Tempat yang digunakan sebagai obyek adalah Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Praktek ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 28 November 2010. Adapun yang diamati adalah hewan yang termasuk ke dalam Classis Aves dan Mammalia. Dari praktek kerja lapangan kali ini, diharapkan praktikan dapat mengelompokkan jenis-jenis hewan yang tergolong Aves maupun Mammalia. Dari pengelompokkan tersebut, kita dapat mengetahui perbedaan morfologi, ciri spesifik, jenis makanan, perilaku, dan reproduksi.
Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana, aktif dalam siang hari dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu ini tubuh dapat mengatur suhu dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu Aves mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa Aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia.
Ciri morfologi yang diidentifikasi dalam Classis Aves yaitu bentuk paruh (panjang, pendek, berkait, bengkok, lurus, berkantung lebar), bulu (meyeluruh, tidak menyeluruh), sayap (panjang, pendek, bulat, runcing), jari (jumlah jari, rata, terangkat), cakar (runcing, tumpul), kaki (petengger, pejalan, perenang, pencengkeram), dan ekor (bulat, rata, runcing, panjang, pendek).
Dari beberapa spesies dari Classis Aves yang diidentifikasi di Kebun Binatang Gembira Loka ternyata banyak ditemukan persamaan antara satwa satu dengan yang lain, maka dari itu dapat dikelompokkan menjadi beberapa ordo. Ordo yang ditemukan pada Classis Aves antara lain:
1. Ordo Ciconiiformes
Ordo Ciconiiformes mempunyai ciri-ciri antara lain leher dan tungkai panjang, paruh besar lurus atau berombak tajam, jari-jari tanpa selaput. Bulu-bulu dekoratif. Burung yang baru menetas tidak berbulu. Makanannya ikan, atau hewan-hewan air yang lainnya. Burung yang termasuk dalam ordo ini yaitu Bangau Tong Tong (Leptoptilos javanicus).
2. Ordo Struthioniformes
Ordo Struthioniformes mempunyai ciri-ciri antara lain ukuran tubuhnya besar. Kepala, leher ,dan tungkai berbulu tipis. Kepala kecil, leher panjang dan teratur. Paruh pendek dan besar. Bulu tidak bercabang. Kaki berjari-jari dua. Tulang dada tanpa lunas. Terdapat simfisid pubis. Tanpa pygostyle. Burung yang termasuk dalam ordo ini yaitu Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius).
3. Ordo Pelecaniformes
Ordo Pelecaniformes mempunyai ciri-ciri antara lain lubang hidung sangat mereduksi atau tidak ada sama sekali. Mempunyai kantung leher. Kaki berjari 4 dan berselaput. Paruh panjang dapat membuka leher untuk menangkap dan menelan ikan. Hidup berkoloni. Burung yang termasuk dalam ordo ini yaitu Pelikan (Pelecanus connspicidatus).
4. Ordo Psittaciformes
Bulu-bulu berwarna hijau, biru, kuning atau hijau. Paruh pendek, sempit, tepinya tajam, ujungnya berkait. Paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak. Kaki bertipe “zygodactylus” (dua jari ke depan dua jari ke belakang). Jari terluar tidak “reversible” (tidak dapat dibalikkan ke depan). Burung yang termasuk dalam ordo ini yaitu Makau Merah (Ara macau).
5. Ordo Columbiformes
Paruh pendek dan langsing. Tarsus biasanya lebih pendek daripada jari-jari. Kulit tebal dan halis. Tembolok besar dan menghasilkan cairan seperti susu (pigeon susu) untuk anaknya. Pemakan biji-bijian (Graminivor) dan buah-buahan (fragivor). Burung yang temasuk dalam ordo ini yaitu Mambruk (Goura victoria).
6. Ordo Strigiformes
Kepala besar dan bulat. Mata besar dan menghadap ke depan, di kelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun radial (menjari). Lubang telinga lebar, sering kali tertutup oleh lipatan kulit. Paruh pendek. Jari kaki mempuyai cakar yang tajam sesuai dengan fungsinya untuk mencengkeram. Aktif diwaktu malam (nocturnal), predator. Burung yang termasuk dalam ordo ini diantaranya: Burung Hantu (Ketupa ketupu).
Mammalia memiliki ciri-ciri khas seperti mempunyai kelenjar mammae, kelenjar keringat, kelenjar bau, memiliki rambut, pada umumnya melahirkan (kecuali Monotremata), dan dalam sejarah evolusi Mammalia merupakan perkembangan lanjut dari Reptilia. Ciri lain dari Mammalia diantaranya mempunyai gigi yang heterodon (kecuali pada Ikan Paus yang memiliki gigi sisir, dan pada Trenggiling tidak memiliki gigi sama sekali), mempunyai dua set gigi gigi susu dan gigi permanen, mempunyai daun telinga, pendengaran dan penciuman yang tajam, penyederhanaan rangka, mempunyai larynx, mempunya cerebra kortex yang berkembang. Mammalia tingkat tinggi tidak memiliki kloaka, sedangkan tingkat rendah masih mepunyai kloaka pada ordo Monotremata).
Ciri morfologi yang diidentifikasi dalam Classis Mammalia yaitu pola warna (dorsal, ventral, modifikasi), letak glandula mammae (pectoral, abdominal, pelvis, berderet), dan ukuran tubuh (besar, kecil).
Dari beberapa spesies dari Classis Mammalia yang diidentifikasi di Kebun Binatang Gembira Loka ternyata ternyata banyak ditemukan persamaan antara satwa satu dengan yang lain, maka dari itu dapat dikelompokkan menjadi beberapa ordo. Ordo yang ditemukan pada Classis Mammalia antara lain:
1. Ordo Artiodactyla
Ordo Artiodactyla merupakan golongan Mammalia bertelapak genap, kaki panjang yang beradaptasi untuk pergerakan yang cepat, jari kaki unguligrade, jari no 3 dan 4 selalu berkembang sama panjang, jari kaki pinggir telah tereduksi, mempunyai perut yang besar dan kompleks dengan 2 atau 4 ruangan, mempunyai sepasang tanduk. Tersebar luas kecuali di Australia dan Selandia Baru, namun sekarang mulai diintroduksikan. Ordo Artiodactyla terbagi menjadi beberapa Famili antara lain: Famili Cervidae contohnya Rusa Tutul (Axis axis), Banteng (Bos sondaicus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak); Famili Camelidae contohnya Unta Punuk Satu (Camelus aromedarius); dan Famili Bovidae contohnya Tapir Brazil (Tapirus terrastris).
2. Ordo Primata
Yang termasuk Ordo Primata ini adalah Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis). Ordo ini mempunyai ciri-ciri yaitu hampir semua jenis primata adalah omnivora dan aboreal dan hanya sedikit yang terrestrial dan insektivora. Anggota badannnya mudah digerakkan, berjalan dengan merapatkan seluruh telapak kakinya. Jari-jari tangan dan kaki berjumlah 5 buah dan diakhiri dengan kuku dan ibu jarinya dapat digerakkan ke belakang. Otak dan mata berkembang baik, penyebaran ordo ini terutama di daerah tropis. Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) termasuk dalam Famili Hylobatidae karena merupakan jenis kera tak berekor, lengannya panjang khusus untuk gerak mengayun, rambutnya sangat halus, penyebaran di Asia Tenggara.
3. Ordo Carnivora
Beruang Madu (Helarctos malayanus) termasuk dalam Ordo Carnivora. Ordo ini mempunyai ciri-ciri merupakan hewan pemakan daging yang hidup terrestrial, kakinya berjari 5, kadang-kadang 4 dan bercakar. Taringnya kuat dan tajam, gerahamnya runcing, hewan ini beradaptasi radial, di seluruh dunia kecuali pulau-pulau tertentu yang terletak di tengah samudera. Termasuk dalam Famili Ursidae yang mempunyai ciri-ciri pendek, kebanyakan dapat memanjat pohon.
4. Ordo Proboscidae
Ordo ini memiliki 3 gigi seri bagian atas yang tunggal, jika tumbuh terus disebut gading yang berfungsi untuk senjata dan menggali akar serta umbi-umbian. Di setiap belahan rahang memiliki 2 geraham yang besar dengan puncak berlipat-lipat. Belalai (proboscis) merupakan perkembangan dari hidung dan bibir sebelah atas. Kaki berbentuk seperti pilar, herbivore, hidup berkelompok (10-100), berat badan sekitar 300-350 kg dan hidup mencapai 50 tahun. Dari ordo ini hanya diwakili oleh satu Famili yaitu Famili Elephantidae, contohnya Gajah Asia (Elephas maximus).
5. Ordo Perissodactyla
Nama ordo ini berasal dari kata Perisso = ganjil, dactylus = jari, sehingga hewan ini memiliki telapak dengan jari-jari berjumlah ganjil. Berjalan dengan ujung jari (unguligrade), bersifat herbivore, tidak memiliki kantung empedu, kepala umunya bertanduk, kulit berambut jarang dan tebal, penyebarannnya terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Yang termasuk dalam ordo ini adalah Zebra (Equus zebra), dan Tapir Brazil (Tapirus terrastris).




BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Para ilmuwan mengklasifikasikan hewan menjadi dua kelompok besar yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tanpa tulang belakang (invertebrata).
2. Praktikum kerja lapangan yang kami lakukan di Kebun Binatang Gembira Loka bertujuan untuk mempelajari bagian-bagian luar tubuh Aves dan Mammalia yang penting untuk diidentifikasi.
3. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior.
4. Mammalia adalah hewan yang mempunyai glandula mammae yang biasanya terdapat di daerah pectoral dan di sekitar pelvis yang berfungsi untuk menyusui anaknya yang masih muda.
5. Dalam mengidentifikasi Classis Aves dan Mammalia dapat dilakukan dengan mempelajari anatomi kerangkanya maupun morfologinya.
6. Spesies Aves dan Mammalia yang kita temukan di Kebun Binatang Gembira Loka antara lain:
1) CLASSIS AVES
a) Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus)
b) Pelikan (Pelecanus conspicidatus)
c) Makau Merah (Ara macau)
d) Burung Hantu (Ketupa ketupu)
e) Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius)
f) Mambruk (Goura victoria)
2) CLASSIS MAMMALIA
a) Nilgai (Boselaphus tragocamelus)
b) Zebra (Equus zebra)
c) Beruang Madu (Helarctos malayanus)
d) Unta Punuk Satu (Camelus dromedarius)
e) Kijang (Muntiacus muntjak)
f) Rusa tutul (Axis axis)
g) Banteng (Bos sondaicus)
h) Gajah Asia (Elephast maximus)
i) Babi Hutan (Sus scrofa)
j) Wau Wau Sumatera (Hylobates agilis)
k) Tapir Brazil (Tapirus terrastris)

B. KRITIK DAN SARAN
1. KRITIK
Pada saat pelaksanaan PKL di Gembira Loka, waktu yang diberikan untuk mengamati tiap spesies terlalu singkat, jadi kami belum terlalu paham dalam mengamati obyek apalagi pada Classis Aves yang identifikasi morfologinya ada 7, jadi kami merasa dikejar-kejar waktu padahal waktu untuk pelaksanaan PKL ini panjang.
Sebelum pelaksanaan PKL di Gembira Loka, ada PKL Mandiri yang juga mengamati Classis Aves. Hal ini merupakan pemborosan waktu, biaya, dan tenaga.
2. SARAN
Seharusnya mahasiswa diberi waktu yang lebih banyak dalam pengidentifikasian spesies, jadi mahasiswa tidak hanya melakukan kewajiban dalam pengamatan spesies tetapi juga paham akan ilmu yang didapatkan.
Pelaksanaan PKL SHV tidak perlu dilaksanakan dua kali. Sebaiknya dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka saja, tidak perlu adanya PKL Mandiri karena satwa Classis Aves yang diidentifikasi pada PKL Mandiri sebagian besar juga ditemukan di Kebun Binatang Gembira Loka, sehingga tidak ada pemborosan waktu, tenaga, dan biaya.



DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mochammad Iqbal. 2006. ”Aves Bulu-Bulu Burung dan Mammalia”.
http://iqbalali.com/2008/10/07/aves-bulu-bulu-burung-dan-mammalia/. Diakses,Minggu, 01-12-2010. Pukul 10.15.

Campbell. 2003. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Kardong, K.V. 2002. Vertebrates Comparative Anatomy, Function, Evolution. North America: McGraw-Hill. Companies, Inc.

Kimball, John W. 1998. Biologi Edisi 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Kusmayadi. 2004. Sains Biologi Untuk SMP. Jakarta: Erlangga.

Saktiyono. 2004. Biologi SMA 2. Jakarta: Erlangga.

Soedjadi, Bagod. 2006. Biologi Kelas X. Jakarta: Yudhistira.

Soemadji, M. S. 1996. Materi Pokok Zoologi. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

Sumartini. 2004. Sains Biologi Untuk SMP Berbasis Kompetensi. Jakarta: Erlangga.

Walker. 1988. Zoologi Umum . Jakarta: Erlangga.

Minggu, 09 Januari 2011

STC

SCHIZOPHYTA (Tumbuhan belah)
Kelas Cyanophyceae (Alga Biru)
Spirulina sp




Di era modern seperti saat ini, para ilmuwan mulai meneliti berbagai jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan manusia baik sebagai makanan biasa atau sebagai alternatif obat untuk berbagai penyakit. Salah satu yang mulai dikembangkan saat ini oleh para ahli di Jepang adalah ganggang.
Ganggang ini tidak saja terasa enak, berserat tinggi, dan bergizi. Namun juga mampu untuk membantu metabolisme tubuh dalam pembentukan sistem imune, mengatasi gejala anemia, dan berbagai manfaat lainnya. Ganggang ini adalah Spirulina. Spirulina termasuk dalam filum Cyanophyta. Cyanophyta merupakan suatu divisi (filum) bakteri yang mendapatkan energi melalui fotosintesis. Cyanophyta termasuk dalam regnum (kerajaan) monera. Ganggang hijau- biru merupakan salah satu contoh dari kelas Cyanophyceae.
Spirulina adalah tumbuhan mikro ganggang yang hidup sejak 3,6 milyar yang lalu. Spirulina merupakan sumber nutrisi alam yang paling lengkap dibandingkan dengan sumber nutrisi lain yang pernah ada. Secara umum spirulina memiliki kandungan 60 -70% protein, 20-25% karbohidrat, 3-5% lemak, 5-8% mineral dan vitamin, 2-5 % air.

A. Ciri – ciri alga biru:
• Bersel tunggal (uniseluler) ada pula yang berkoloni
• Memiliki klorofil, karotenoid, serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin dan fikoeritrin.
• Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulose, kadang – kadang berlendir.
• Inti sel tidak memiliki membran (prokariotik).
• Klorofil tidak di dalam kloroplas, tetapi tersebar di seluruh sitoplasma
• Tidak memiliki flagel tetapi bersifat motil
• Hidup di air tawar, laut dan tanah-tanah lembap
• Dapat bersimbiosis seperti dengan lumut hati, paku-pakuan, jamur dan invertebrate.



B. Habitat

• Perairan (terutama perairan tawar) dan tempat-tempat lembab.
• Mampu hidup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat C (sumber air panas) sehingga Ganggang Biru merupakan salah satu vegetasi perintis.
• Alga biru uniseluler: - Chroococcus -> hidup di air/kolam yang tenang,
- Gloeocapsa -> hidup pada batu atau epifit pada tumbuhan lain.
• Alga biru uniseluler berkoloni : - Polycistis,
- Spirulina -> dapat diolah menjadi makanan kesehatan (food suplement)




• Alga biru berbentuk benang : - Oscillatoria
-Nostoc commune
- Anabaena azollae dan Anabaena cycadae bersimbiosis dengan Azolla pinnata dan Cycas rumphii. Simbiosis Anabaena azollae dnegan Azolla pinnata sebagai alternatif pupuk Urea, karena simbiosis ini dapat meningkatkan kadar Nitrogen di lahan persawahan



C. Reproduksi

a. Pembelahan sel
Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel – sel tunggal, pada beberapa generasi sel – sel membelah searah dan tidak saling terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata rantai sel yang disebut trikom. Tempat – tempat tertentu dari filamen baru setelah mengalami dormansi ( istirahat yang panjang ). Heterokist dapat mengikat nitrogen bebas di udara contoh pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang pucat, kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan memiliki dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding sel vegetatif. Sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penabalan eksternal oleh tambahan zat yang kompleks.



b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada Oscillatoria. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati itu membagi filamen menjadi 2 bagian atau lebih. Masing – masing bagian disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan dinding yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin meliputi kerusakan transeluler.

c. Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan Cyanobacteria akan membentuk spora yang merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan.


D. Klasifikasi
Kingdom : Monera
Divisi : Schizophyta
Classis : Cyanophyceae
Ordo : Homogonales
Family : Oscillatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp

Cyanophyceae termasuk dalam kingdom Monera, divisi Schizophyta,Classis Cyanophyceae.
Dibedakan dalam 3 ordo berdasarkan bisa tidaknya membentuk spora yaitu :
 Ordo Chroococcales
Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau – hijauan. Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah. Setelah pembelahan sel – sel tetap bergandengan dengan perantaraan lendir tadi dan dengan demikian terbentuk kelompok – kelompok atau koloni contoh spesies dari ordo chroococcales :
a. Ordo Chroococcales
b. Ordo Chamaesiphonales
c. Ordo Hormogonales

Sel – selnya merupakan koloni berbentuk benang atau diselubungi suatu membran. Benang – benang itu melekat pada substratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering mempunyai percabangan semu. Benang – benang itu selalu dapat membentuk hormogonium. Ordo Hormogonales dibagi menjadi 5 famili yaitu:

• Famili Oscillatoriaceae
Hidup dalam air atau di atas tanah yang basah, sel – selnya bulat, merupakan benang – benang dan akhirnya membentuk koloni yang berlendir. Pada jarak jarak tertentu pada benang – benang itu terdapat sel – sel yang dindingnya tebal, kehilangan zat warna yang berguna untuk asimilasi, hingga kelihatan kekuning – kuningan dan dinamakan heterokista. Heterokista ini dalam keadaan khusus dapat tumbuh menjadi benang baru tetapi fungsinya belum dikenal dan biasanya lekas mati. Contoh spesies ini yaitu:

 Spirullina
Ganggang ini mengandung kadar protein yang tinggi sehingga dijadikan sumber makanan. Spirullina mampu menghasilkan karbohidrat dan senyawa organik lain yang sangat diperlukan oleh tubuh, juga menghasilkan protein yang cukup tinggi.






E. MANFAAT ALGA BIRU (Spirullina)
Ganggang-ganggang mikro hasil budidaya, mengandung konsentrasi bahan gizi terhebat yang dikenal di setiap makanan, tumbuhan, bijian atau herba Adalah makanan yang tinggi protein, dengan lebih dari 60% protein nabati yang mudah dicerna dengan sempurna. Alga berwarna hijau kebiruan itu awalnya hanya diketahui sebagai penurun kolesterol. Pengujian ilmiahnya dilakukan oleh Nayaka dari Tokai University, Jepang. Sebanyak 30 pria sehat berkolesterol tinggi dan hiperlipidemia yang diberi asupan spirulina menunjukkan penurunan 4,5% jumlah serum kolesterol, trigliserida, dan LDL. Mereka mengkonsumsi 4,2 gram spirulina selama 4 minggu tanpa mengubah pola makan.Fakultas Farmasi, Universitas Madrid, Spanyol mengungkap spirulina kaya antioksidan lantaran kandungan 3 pigmen kaya protein yaitu phykosianin, klorofi l, dan zeasantin. Phykosianin, antioksidan larut air, penunjang kesehatan hati dan ginjal. Zeasantin, antioksidan pelindung mata terutama saat tua. Sedangkan klorofi l, antioksidan bersifat antikanker dan antiracun.

Selain antikanker dan antiracun, penelitian Laboratory of Viral Pathogenesis, Dana-Farber Cancer Institute and Harvard Medical School, Massachusetts, Amerika Serikat pada 1996 membuktikan, spirulina dalam konsentrasi 5-10 g/ml mampu menghambat pembelahan sel HIV-1. Itu disebabkan spirulina memiliki kandungan kalsium spirulina, molekul polimerisasi gula berisi kalsium dan sulfur. Konsumsi spirulina terbukti memberikan masa hidup lebih lama pada pasien AIDS. Sedangkan Armida Hernndez-Corona dari Departamento de Microbiologa, Escuela Nacional de Ciencias Biolgicas, IPN, Meksiko, menunjukkan ekstrak spirulina memiliki sifat antiviral. Ia efektif melawan virus herpes simpleks tipe 2, pseudorabies virus (PRV), human cytomegalovirus (HCMV), dan HSV-1, dengan dosis efektif (ED50) masing-masing sebesar 0,069, 0,103, 0,142, dan 0,333 mg/ml.
Karena manfaat yang luar biasa, Arthrospira platensis kini banyakdibudidayakan di seluruh dunia. Berjuta-juta pil spirulina pun telah diproduksi lantaran terbukti menghadang dan menggempur berbagai penyakit.



Spirulina adalah sumber nutrisi 100% alami dan merupakan makanan yang bersifat alkalin. Agar tubuh tetap sehat, sangat penting bagi kita untuk mengkonsumsi makanan sehari-hari dengan proporsi seimbang antara 80% makanan ber-alkalin dan 20% makanan bersifat asam. Tubuh yang sehat mengandung alkalin yang rendah (pH 7,3- 7,4).

 Manfaat yang lain di antaranya:
1. Menyeimbangkan pH tubuh
2. Mengandung Besi yang menyembuhkan Anemia
3. Mencegah infeksi bakteri dan menyembuhkan luka
4. Menurunkan tingkat Kolesterol
5. Mencegah penyebaran kanker
6. Memperkuat sistem kekebalan tubuh
7. Membantu melembutkan kulit dan membuatnya nampak lebih berseri
8. Menjaga bakteria menguntungkan dalam jumlah yang cukup di usus
9. Meningkatkan sistem pencernaan tubuh
10. Mendorong detoksifikasi ginjal
11. Memulihkan kesehatan penderita kurang gizi
12. Menurunkan tingkat Kolesterol dan mengendalikan masalah berat badan
13. Mengendalikan tekanan darah dan mencegah diabetes
14. Mengandung GLA yang menyembuhkan penyakit jantung, masalah menstruasi,
15. Menstabilkan jumlah sel-sel darah merah , sel-sel darah putih dan hemoglobin
16. Memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh.
17. Mengurangi efek samping terhambatnya produksi sistem sel,(sel-sel penghasil sel darah )
18. Mengurangi efek yang tidakbaik dari kemoterapi seperti, kepala pusing, tidak nafsu makan, sukar tidur, mual muntah, tenggorokan kering ataupun nervous.


Secara umum spirulina dibutuhkan oleh semua golongan usia: anak-anak, dewasa, dan orang tua yang peduli akan kesehatan. Khususnya yang termasuk ke dalam kelompok, dalam masa pertumbuhan, penderita stress, depresi, cepat letih, lelah, lemah, dalam masa pemulihan karena sakit dan operasi, diet kesehatan.